Sabtu, 12 Maret 2011

pantun

Orang kaya banyak berharta
Ke Sumatra setiap tahun
Bismillah saya membuka kata
Berseni sastra membuat pantun
*
Daun ilalang pucuknya mati
Buah pisang berwarna hitam
Pantun dikarang penghibur hati
Turut kembangkan budaya Etam
*
Daun ilalang taruh di topi
Daun Kurma ditambah lagi
Pantun kukarang di malam sepi
Kala purnama telah meninggi
*
Ambil paku di Kota Raja
Di Kota Raja mendapat intan
Wahai saudaraku di mana saja
Pantun kukarang untuk kalian


BUDAYA ETAM
Jalan-jalan sekitar taman
Jangan patahkan mawar berduri
Wahai kawan sesama seniman
Mari lestarikan budaya Etam
s
Anak badak mencari makan
Anak ketam di dalam tanah
Kalau tidak dilestarikan
Budaya Etam pastilah punah
s
Minum susu memakai rantang
Tumpah di bantal di atas tilam
Anak cucu di masa datang
Tidak kenal budaya Etam
s
kalau tilam sudahlah basah
Jemur sekarang di atas atap
Budaya etam sangatlah indah
Sungguh sayang, janganlah lenyap
s
terbang rendah burung peragam
Dari huma terbang ke hutan
Budaya daerah beraneka ragam
Mari bersama kita lestarikan
s
main gasing janganlah rebah
Memakai tali pelepah pisang
Budaya asing sudah merambah
Budaya asli janganlah hilang
s
Mari menyanyi sambil menari
Suara dua tinggi dan rendah
Budaya negeri tetap lestari
Negeri kita semakin indah
s
Air terjun bertangga dua
Tempat gadis mencuci kain
Syair, pantun, serta mamanda
Juga masih banyak yang lain

s
Buah kelat waktu dirasa
Meludah lagi kalau tak nyaman
Wahai pejabat serta pengusaha
Bantulah kami para seniman
s
Pohon kurma sebesar paha
Pohon Kemiri tidak berduri
Mari bersama kita berusaha
Mmembangun seni negeri sendiri
s
Anak cecak mencari makan
Bersembunyi di bawah papan
Orang bijak pasti pikirkan
Hari ini dan masa depan
s
Ada ikan namanya tenggiri
Ikan dibawa ke Muara Kaman
Melestarikan budaya negeri
Bukanlah hanya tugas seniman

PANTUN SUKA CITA

Elok rupanya kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

Dibawa itik pulang petang
Dapat dirumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah datang
Hati cemas menjadi hilang

Dapat di rumput bilang-bilang
Menghisap bunga dengan mayang
Hati cemas menjadi hilang
Perut lapar menjadi kenyang

Juragan bernama Sutan Tahir
Muat beras bercampur pulut
Selama masa adikku lahir
Telah beroleh kawan bergelut

Orang Bandung memintal kapas
Anak Cina berkancing tulang
Ayah kandung pulanglah lekas
Ananda rindu bukan kepalang

Pergi mengail umpan sinangis
Dapatlah limbat gedang-gedang
Adik kandung jangan menangis
Orang penangis lambat gedang

Cina gemuk membuka kedai
Menjual embeh dengan pasu
Bertepuk adikku pandai
Boleh diupah dengan susu

Ramai orang bersorak-sorak
Menepuk gendang dengan rebana
Alangkah besarnya hati awak
Mendapat baju dengan celana

Ayam kinantan terbang mengekas
Hinggap di ranting bilang-bilang
Melihat ibu pulang lekas
Hatiku besar bukan kepalang

Hanyut batang berlilit kumpai
Terdampar di ujung Tanjung Jati
Bunda pulang bapa pun sampai
Kemi semua berbesar hati

Saya tidak pandai menari
Sebarang tari saya tarikan
Saya tidak pandai menyanyi
Sebarang nyanyi saya nyanyikan

Kita menari keluar bilik
Sebarang ari kita tarikan
Kita bernyanyi adik-beradik
Sebarang nyanyi kita nyanyikan

Tengah rembang panas teduh
Peluh di badan habis bertitik
Ayuhai saudara jangan bergaduh
Lihatlah bunda sudah berbalik

Sayang pisang tiada berjantung
Bunga keluar dari kelopak
Penat sangat ibu mendukung
Adik tak juga mau gelak

Buai-buai dalam buaian
Buaian dari rotan saga
Panjang benar janggut tuan
Mari dibuat tali timba

Burung elang burung merpati
Terbang ke kubur mencari makan
Bukan kepalang senangnya hati
Melihat ibu pulang dari pekan

PANTUN CINTA

ikan hiu makan badak, i love u mendadak…
ikan paus makan pecel, i miss u girl…
dulu delman sekarang dokar
dulu temansekarang pacar

buah mangga buah manggis
ternyata ada cewek maniez
buah manggis buah pepaya
cewek manis siapa yg punya

dihutan banyak lebah madu..
rasanya manis,disuka pemburu..
kamu adalah cintaku
dan aku amat sayang padamu..

kembang gula di perigi
untuk aku minum jamu
kemana pun kamu pergi
aku slalu rindu kamu

meski hanya buah jambu
tapi ini bisa diramu
meskipun jarang ketemu
cintaku hanya untukmu

wahai seruling buluh perindu
suaranya memikatku
wahai gadis pujaanku
aku sangat cinta kamu

meski aku sudah kenyang
tetap harus minum jamu
perempuan yang ku sayang
bolehkah aku bertamu

Kelap kelip bintang bertaburan
hanya satu yg tampak terang
sungguh banyak pria pilihan
hanya kanda yg paling ku sayang

Kelap kelip bintang bertaburan
begitu indah bagai berlian
sungguh banyak pria menawan
hanya abang yg ku rindukan

Kelap kelip di tengah malam
ku lihat bintang sangat menawan
biar cinta banyak rintangan
ku jaga cinta dg kesetiaan

Kelap kelip bintang seribu
indah menawan di tengah malam
sunggu aku sedang merindu
rindu di hati yg terdalam

Kelap kelip bintang menari
indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali

Sayang selasih tidak berbunga
Engganlah kumbang untuk menyapa
Sayang kekasih tidak setia
Badan merana kini jadinya

Di sana sini bunga pun kembang
Senanglah kumbang tinggal sendiri
Putuslah sudah kasih dan sayang
Jangan di harap dia kembali

Sungguh malangnya hidupmu bunga
Janganlah layu sebelum kembang
Tentulah diri akan merana
Karena bunga tiada berdaya

Bunga yang malang jaga dirimu
Jangan lah layu sebelum kembang
Pupuklah iman dalam hatimu
Kalau kau layu di buang orang.

Ukir-ukir lah si kayu jati
jadikanlah sebuah jambangan
Pikir-pikir sebelum terjadi
janganlah menyesal kemudian

PANTUN PERPISAHAN

Penggal puan penggal selasih
Penggal puan di Johor lama
Buah hati tinggallah puan
Kanda pergi tidakkan lama

Buah pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Walau jatuh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan

Hanyut cawan dengan bakinya
Berperai-perai bunga selasih
Ayuhai badan apa jadinya
Hampir bercerai dengan kekasih

Air telaga terasa sejuk
Siapa kesana teruslah mandi
Kupandang muka membawa mabuk
Kudengar suara memutus hati

PANTUN BERANGAN-ANGAN

Anak muda belum berakal
Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Anak sepat baru berenang
Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh

Dapat udang bawa berlayar
Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur

Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang

Badak tenuk namanya hewan
Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta

Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur

Anak musang disalak anjing
Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk

Buah nangka dari seberang
Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka

Diam-diam orang beramu
Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa

Masak labu di tengah ladang
Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur

Masak durian tercium bau
Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis

Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati

Mengapa orang pergi menjala
Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum

Mengapa tanah menjadi debu
Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan

Naik turun membawa padi
Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila

Naik turun membawa parang
Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar

Satu-satu membawa sayur
Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah

Siang malam orang menari
Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan

Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar

Tebanglah kayu sebatang dua
Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Batang pepaya berputik belum
Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung

PANTUN PUJIAN KEPADA ORANG TUA

Banyaklah angsa berebut terbang
Membumbung angsa menuju lepak
Banyaklah jasa disebut orang
Agunglah jasa ibu dan bapak

Sebesar-besar mayang pinang
Takkan sama mayang kelapa
Sebesar-besar sayang orang
Tak sama sayang ibu bapa

Supaya tangan tidak terluka
Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tiada murka
Jangan sakiti ibu dan bapak

PANTUN PUJIAN KEPADA ALLAH


Banyaklah haji perkara haji
Haji berkunjung ke Baitullah
Banyaklah puji perkara puji
Pujian agung kepada Allah
Banyaklah lebah perkara lebah
Lebah meniti kepada galah
Banyaklah sembah perkara sembah
Sembah sejati kepada Allah