Sabtu, 12 Maret 2011

PANTUN BERANGAN-ANGAN

Anak muda belum berakal
Siang kesana malam kemai
Hendak kusapa belumlah kenal
Kutimang saja di dalam mimpi

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Anak sepat baru berenang
Pasang tiba airpun penuh
Hendak dekat hatiku bimbang
Kupandang saja dari jauh

Dapat udang bawa berlayar
Hendak dijual pembeli sayur
Teringat abad dada berdebar
Sejak kukenal belum menegur

Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
Barulah kini bertemu pandang

Badak tenuk namanya hewan
Hidup selalu di dalam rimba
Hendak menjenguk terasa segan
Ke angin lalu kukirim cinta

Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur

Anak musang disalak anjing
Hingga malam lari menyuruk
Hendak meminang tidak sebanding
Dibawa diam hatiku remuk

Buah nangka dari seberang
Baunya wangi sedap rasanya
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini bertatap muka

Diam-diam orang beramu
Membawa badik untuk senjata
Dalam diam abang menunggu
Semoga adik mau menyapa

Masak labu di tengah ladang
Bawa ke rumah dibuat sayur
Hendak merayu payah betandang
Mata dah merah tak dapat tidur

Masak durian tercium bau
Isinya sedap rasanya manis
Hendak berkenalan terasa malu
Di dalam gelap hamba menangis

Malam hari orang melukis
Membuat gambar indah sekali
Dalam hati hamba menangis
Ingat kekasih tambatan hati

Mengapa orang pergi menjala
Menjala sepat sekali belum
Mengapa abang menjadi gila
Gila melihat adik tersenyum

Mengapa tanah menjadi debu
Karena lama tak turun hujan
Mengap alidah menjadi kelu
Karena terlena melihat tuan

Naik turun membawa padi
Padi ladang padi ternama
Adik sepantun bunga melati
Kami memandang menjadi gila

Naik turun membawa parang
Untuk menebas semak belukar
Adik sepantun bunga dikarang
Membuat cemas dada berdebar

Satu-satu membawa sayur
Supaya air jangan terbuang
Malu-malu hamba menyapa
Karena kuatir tunangan orang

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik belida memutus jala
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik membawa hatiku gila

Sisik bukan sebarang sisik
Sisik ayam membawa tuah
Cantik bukan sebarang cantik
Cantik meredam hati yang gundah

Siang malam orang menari
Sampai remuk rasanya badan
Kukenang puan dalam mimpi
Bagai pungguk merindu bulan

Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar

Tebanglah kayu sebatang dua
Untuk membuat perahu kolek
Abang merindu sepanjang masa
Mabuk melihat tubuh yang molek

Air timpas pasang tak tiba
Banyaklah kapal bergalah lalu
Kakiku lemas hilang bicara
Hendak berkenal terasa malu

Batang pepaya berputik belum
Bila berulat lekas dipancung
Abang menyapa adik tersenyum
Rasa mendapat emas segunung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar